Bonum, verum, pulchrum, sanctum

Ketua Pembina Yayasan Unpar, Mgr. Antonius Subianto B., OSC, dalam Misa Requiem melihat betapa Pak Benny selalu mencari apa yang paling hakiki. Suatu ketika Pak Benny bercerita tentang betapa penting peran ekor pada burung maupun pesawat udara. Tanpa ekor maka burung dan pesawat udara tidak dapat terbang dengan seimbang. Ya, hidup itu perlu keseimbangan. Perlu ada pedoman dan pegangan untuk menyeimbangkan. Mgr. Antonius melihat bahwa Pak Benny seorang yang bijaksana, yang mampu mengembangkan anugerah yang diberikan kepada beliau. Pak Benny bukan hanya mengajak mahasiswa belajar menjadi berkompetensi, namun juga berkarakter. Mgr. Antonius merenungkan kembali tradisi filsafat Yunani (sophia), bahwa kebijaksanaan terdiri tiga hal yang tidak dapat dipisahkan, yaitu bonum(kebaikan), verum (kebenaran), dan pulchrum(keindahan). Orang bijaksana adalah orang yang hidupnya baik, benar, dan indah/santun. Mgr. Antonius menambahkan satu hal lagi, yaitu sanctum (kudus). Orang yang hidupnya berada dalam kebaikan, kebenaran, kesantunan, dan kekudusan, itulah yang dipandang sebagai mahaguru. Itulah Pak Benny. Setelah pensiun pun, Pak Benny terus berkarya dan berbagi. Beliau pun biasanya mengikuti misa di Katedral pada hari Minggu jam 10.00. Pak Benny berusaha melaksanakan kemahaguruan beliau bukan hanya dalam kehidupan intelektual, namun juga kehidupan moral. Di mata Mgr. Antonius, Pak Benny bagaikan padi, semakin berisi semakin merunduk. Semakin berilmu tinggi, semakin bijaksana, semakin rendah hati. Mgr. Antonius mengajak kita untuk belajar dari Pak Benny, bahwa agar hidup itu seimbang maka perlu ada “ekor”, panduan moral, kedalaman spiritual, yang melandasi kehidupan intelektual dan kehidupan sosial.

Rektor Unpar Mangadar Situmorang, Ph.D., memandang bahwa Pak Benny adalah guru dan sahabat yang “kita cintai dan mencintai kita”. Sepanjang hidup, beliau mengabdikan diri sepenuhnya bagi perkembangan pendidikan Indonesia, dan secara khusus bagi Unpar, baik sebagai Pengurus Yayasan, sebagai Rektor, maupun kemudian sebagai Pembina Yayasan, serta sebagai dosen. Rektor menggarisbawahi bahwa dalam kepemimpinan Pak Benny waktu itu, Unpar terus melangkah maju dalam bidang akademik dan berkembang menjadi lembaga yang lebih kuat, liat, tangguh, dan mampu bertahan dalam berbagai dinamika perubahan. Pak Benny menunjukkan kepemimpinan yang ditandai oleh ketekunan, keteguhan, dan kerendahan hati yang bersifat total, genuine, autentik, tidak dibuat-buat, tidak direkayasa, asli. Inilah hikmat, kebijaksanaan beliau. Hal ini menandakan dua hal. Pertama, ekspresi kepasrahan diri kepada Penyelenggaraan Ilahi; inilah sumber keutamaan spiritual beliau. Kedua, keterbukaan diri, bertanya dan mendengarkan; beliau meyakini betul bahwa ada orang baik di sekitar beliau yang bisa ditanya dan didengar dalam mengatasi persoalan-persoalan. Hal itu diungkapkan dalam tampilan yang santun, yang ramah, selalu murah senyum. Akan tetapi, demikian Rektor, ketekunan, keteguhan, dan kerendahan hati itu tidak berarti beliau bebas dari kesulitan-kesulitan, bahkan beliau perlu berkorban. Ada sukacita, ada kegembiraan, ada kebahagiaan Pak Benny yang tertukar, mungkin hilang, tetapi hal itu tergantikan dengan sukacita, kegembiraan, dan kebahagiaan lain Pak Benny dan banyak orang. Untuk itulah kita melakukan penghormatan kepada beliau.

Sekretaris Umum Pengurus Yayasan, Pastor B. Hendra Kimawan, OSC menyatakan betapa Yayasan Unpar sungguh amat menghargai darmabakti Pak Benny yang telah berjasa bagi Unpar. Pak Benny menjadi pribadi yang “terberkati” (benedictus); kehadiran beliau menjadi berkat, memberkati banyak orang. Beliau mengembangkan talenta yang diberikan Tuhan sehingga berguna bagi banyak orang. Kehidupan beliau diwarnai dengan kesetiaan, yang meliputi komitmen, konsisten, dan konsekuen.

Prof. Dr. Bambang Hidayat dari Astronomi ITB, sahabat Pak Benny (beliau disapa “Suprapto” oleh teman-teman) sejak mahasiswa dan dahulu sering berkumpul bersama keluarga, melihat bahwa Pak Benny memimpin rekan-rekan ITB dengan keteguhan hati seorang ilmuwan yang dilandasi oleh iman beliau. Pak Benny bersemangat mengajarkan ilmu demi kebaikan bangsa Indonesia.

Terima kasih, Pak Benny. Selamat jalan menuju ketenteraman dan kedamaian abadi.

(PX)

Sumber gambar utama: Dok. Unpar Press